Jumat 15 Maret 2019, PEBOSS mengundang Drs. Corrina D.S. Riantoputra, M.Com., Ph.D. (Staf Akademik di Universitas Indonesia), untuk menjadi narasumber Sharing Session PEBOSS-PPM Manajemen yang membawakan tema 'Speaking Up to Improve Practices in Organizations' di Ruang Amphitheater gedung B PPM Manajemen. Acara ini dihadiri Hadisudjono Sastrosatomo selaku anggota tim Pengarah PEBOSS, Bramantyo Djohanputro selaku Direktur Eksekutif PPM Manajemen, anggota Pelaksana Upaya PEBOSS, Staf dan mahasiswa PPM Manajemen.
Penyaji memaparkan hasil penelitiannnya terkait perilaku berbicara (speaking up) di organisasi. Penelitian ini didasari keresahan kecenderungan pegawai yang kurang berani berbicara di lingkungan pekerjaan. Dari faktor-faktor penentu kemauan berbicara berikut: kepemilikan ide, kemampuan berbicara, ikatan sosial dan ikatan pekerjaan, yang memiliki pengaruh kuat adalah ikatan pekerjaan. Dimana faktor pengaruh power ternyata berpengaruh negative dalam menghambat faktor-faktor penentu kemauan berbicara. Pada penelitian lain ternyata penentu keinginan berbicara dipengaruhi oleh rasa memiliki organisasi dan dukungan atasan di organisasi.
Ringkasan Sharing
Sharing terkait budaya berbicara ini dibuka dengan fenomena korupsi yang marak terjadi di Indonesia dilakukan secara berjamaah. Dalam hal ini diduga terdapat keengganan pegawai untuk mengingatkan, membicarakan dan melaporkan korupsi di organisasinya. Sehingga perlu dipelajari terkait perilaku berbicara di organisasi dan faktor yang mempengaruhinya.
Perilaku berbicara yang dalam Bahasa Inggris voice behavior diartikan sebagai ungkapan kepedulian, beropini dan mengungkapkan ide dengan maksud untuk membawa perbaikan di organisasi. Terkait dengan riset yang dilakukan, peneliti ingin mengetahuai dari faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap voice behavior yaitu: kecakapan berbicara, ikatan sosial dan ikatan tugas, seberapa besar pengaruhnya.
Penelitian terhadap karyawan sebuah intitusi pemerintah dengan sample sebanyak 244, dan karakteristik tinggal di sekitar Jakarta, berpendidikan tinggi serta berada pada usia produktif. Hasilnya hanya ikatan tugas yang signifikan berpengaruh positif dalam membentuk voice behavior.
Pada penelitian ini juga diteliti pengaruh jarak kekuasaan individual terhadap voice behavior sebagai faktor penghambat dari ikatan tugas. Hasilnya ternyata memberikan pengaruh negative, artinya perbedaan kekuasaan berpengaruh kebalikan dalam menghambat voice behavior di dalam ikatan tugas.
Masih terkait dengan voice behavior peneliti juga menyampaikan hasil penelitian terkait pengaruh dari faktor rasa memiliki organisasi dengan intervening variable factor rasa memiliki pekerjaan. Hasilnya factor rasa memiliki organisasi berpengaruh signifikan terhadap voice behavior di organisasi. Hasilnya seperti diagram berikut.
Dukungan atasan dan organisasi juga memberikan pengaruh signifikan terhadap voice behavior, sebagaimana tercermin dari hasil penelitian ini. Seperti Nampak pada diagram berikut.
Penelitian ini dilakukan pada responden yang masih terbatas, sehingga perlu perluasan responden untuk mendapatkan hasil yang lebih valid serta reliabel. Sehingga melalui forum ini pula penyaji mengajak peserta untuk bekerjasama mengembangkan penelitian yang terkait perilaku bicara di organisasi. (Sap)
Acara yang menarik.... lanjutkan.