From Values to Actions: Strengthening Ethics Through Organizational Culture
- PEBOSS PPM - Prisapta
- Jun 4
- 3 min read

Dari Nilai ke Tindakan: Memperkuat Etika Melalui Budaya Organisasi
Dalam dunia bisnis yang semakin kompleks dan dinamis, organisasi tidak hanya dituntut untuk mencapai kinerja tinggi, tetapi juga untuk mempertahankan integritas dan etika dalam setiap aspek operasional mereka. Budaya organisasi memainkan peran penting dalam memastikan bahwa nilai-nilai etika tidak hanya sekadar slogan, tetapi benar-benar tercermin dalam tindakan nyata di tempat kerja. Oleh karena itu, memahami bagaimana budaya organisasi dapat memperkuat pengembangan etika adalah aspek krusial untuk keberlanjutan dan kredibilitas sebuah organisasi.
Gelar Diskusi PEBOSS seri ke-7 yang diselenggarakan oleh Pusat Etika dan Budaya Organisasi Soedarpo Sastrosatomo dan Eva Phasa Purpadita sebagai Kepala PEBOSS, pada hari Kamis 22 Mei 2025 di Ruang Kadarman, Gedung B - PPM Manajemen. Pada event ini mengundang personel PPM Manajemen dan narasumber sebagai bentuk kegiatan berbagi pengetahuan sesuai dengan tema Budaya Organisasi. Kegiatan ini merupakan bentuk pengayaan studi budaya organisasi di PPM dengan menghadirkan pemikir dan pelaku.
Budaya Organisasi dan Pentingnya Budaya Tersebut Bagi Kinerja Bisnis
Paparan pertama merupakan presentasi dari Ibu Phillia Wibowo saat ini bekerja sebagai Leader of People & Organizational Performance Practice, di Southeast Asia | McKinsey & Company. Dalam paparan yang yang berfokus pada budaya organisasi, dijelaskan pentingnya budaya tersebut bagi kinerja bisnis.

Beberapa poin penting dari paparan yang disampaikan adalah:
Definisi Budaya:
Budaya didefinisikan sebagai visi, nilai, dan praktik manajemen yang memengaruhi cara kerja di suatu organisasi.
Pentingnya Budaya:
Budaya organisasi yang sehat berkorelasi dengan pengembalian yang lebih tinggi bagi pemegang saham. Budaya juga merupakan kunci keberhasilan perubahan berskala besar dan dapat menjadi keunggulan kompetitif yang signifikan.
Kesehatan Organisasi:
Diperlukan upaya mengukur budaya melalui sudut pandang kesehatan organisasi, yang didasarkan pada tiga pilar: penyelarasan, pelaksanaan, dan pembaruan. Pilar-pilar ini menghasilkan sembilan hasil, yang pada gilirannya didorong oleh 43 praktik manajemen.
Fokus Asia Tenggara:
Temuan dan terapan di paparan ini mencakup pengamatan khusus tentang organisasi di Asia Tenggara (SEA). Kekuatan utama mencakup kepemilikan dan akuntabilitas yang tinggi, mengambil perspektif eksternal, dan bertanggung jawab secara sosial. Area yang perlu ditingkatkan mencakup pemberdayaan bakat, melibatkan karyawan dalam strategi, dan memanfaatkan data dan teknologi.
Perubahan Budaya:
Disampaikan pula uraian faktor-faktor keberhasilan penting untuk menerapkan perubahan budaya, termasuk mengidentifikasi perubahan perilaku, memahami pola pikir, merekayasa inisiatif, menyesuaikan lingkungan kerja, mengatasi hambatan pribadi, dan memimpin serta mengukur dengan cermat.
Keyakinan Inti:
Dokumen ini menyoroti keyakinan inti tentang transformasi budaya, seperti mengukur perilaku, menjadikan budaya sebagai prioritas, menyelaraskan bakat dengan nilai, memberdayakan manajer dalam manajemen kinerja, dan membangun kekuatan karyawan untuk memahami dan memanfaatkan hasil data.
Rekomendasi untuk SEA:
Dalam paparannya disarankan lima tema besar bagi organisasi di SEA untuk meningkatkan kesehatan organisasi mereka: akuntabilitas yang kuat, fokus proaktif pada penemuan kembali, memberdayakan bakat, melibatkan karyawan dengan strategi, dan memanfaatkan data dan teknologi.

Perkuat Etika dan Membangun Budaya Antikorupsi dalam Organisasi
Pada sesi kedua menghadirkan Bapak Alvin Novalino bekerja sebagai Senior VP Internal Audit & Risk Manegement di PT TBS Energi Utama Tbk. Dalam paparan yang berfokus pada upaya TBS untuk memperkuat etika dan membangun budaya antikorupsi dalam organisasi. Dapat disimpulkan dalam poin-poin penting sebagai berikut:
Komitmen TBS untuk Memperkuat Etika:
Paparan beliau ini menyoroti komitmen TBS terhadap integritas, hubungan yang kuat dengan mitra bisnis, dan menjadi perusahaan yang bertanggung jawab yang memadukan prinsip-prinsip sosial dan lingkungan.
Pedoman Pengambilan Keputusan Etis:
Perlunya mempertimbangkan daftar pertanyaan untuk memandu pengambilan keputusan etis, seperti "Apakah ini sah?" dan "Apakah ini bertentangan dengan nilai-nilai inti kita?"
Langkah-Langkah Konkret Menuju Integritas:
Penyaji menguraikan tindakan yang diambil oleh TBS, termasuk membangun sistem whistleblower, menyusun prosedur operasi standar (SOP), dan melakukan sosialisasi tentang budaya antikorupsi.
Kebijakan Anti-Korupsi:
Perlu disiapkan kebijakan yang terkait dengan kode etik, antikorupsi dan penyuapan, serta pengungkapan pelanggaran. Dokumen ini juga mencatat keanggotaan TBS dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan penerbitan kebijakan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG).
Pemantauan dan Audit:
Dibahas juga sistem audit berbasis risiko untuk mendeteksi dan mencegah korupsi.
Menuju Budaya Antikorupsi yang Berkelanjutan:
Pembahasan selanjutnya tentang peningkatan kepatuhan terhadap keberlanjutan dan pemenuhan standar global melalui Sistem Manajemen Anti-Suap ISO 37001 dan peluncuran Pakta Integritas Karyawan.
Tema Utama:
Penyaji menekankan integritas, akuntabilitas, kepatuhan, dan upaya berkelanjutan untuk menumbuhkan lingkungan yang etis dan antikorupsi di dalam TBS.
Comments