
Diumumkannya perkembangan kasus Covid-19 patut diapresiasi. Kredibilitas pemerintah dikembalikan karena upaya dan penelusuran yang dilakukan cukup meyakinkankan.
Menurut Nancy Messonnier, Direktur the National Center for Immunization and Respiratory Diseases CDC, Amerika Serikat, "Kita tidak lagi mempertanyakan apakah kita akan terdampak, tetapi lebih dari itu kapan kita akan terdampak dan berapa jumlah penduduk yang akan sakit berat, telah terbukti."
Marc Lipsitch dari Harvard University memperhitungkan, berdasarkan risiko penyebaran virus dari keluar masuknya wisatawan, sedikittnya dapat ditemukan lima kasus Covid-I9 di Indonesia. Maka, penelusuran ke sumber infeksi adalah prestasi yang patut kita hargai.
Pengumuman yang disampaikan sendiri oleh Presiden Jokowi menampilkan kesan pemerintah menghadapi masalah Covid-19 dengan sungguh-sungguh. Covid-I9 memang menyangkut jumlah manusia yang banyak seperti di Wuhan, China, sehingga memerlukan penanganan terpadu, profesional, seiring langkah internasional.
Kewaspadaan diperlukan, tetapi harus dihindari reaksi masyarakat yang berlebihan, apalagi sampai timbul kepanikan. Bahwa sumber penyakit dapat lolos masuk ke Indonesia itu merupakan tantangan bagi pihak berwenang dalam pencegahannya.
Pemerintah perlu mengembalikan kepercayaan publik yang menipis, apalagi bila dikaitkan dengan lolosnya Harun Masiku. Kasus yang notabene terpapar nyata sebenarnya bagi pihak perangkat keamanan bukanlah hal yang sulit bila diniatkan sungguh-sungguh rmtuk menemukan dan menangicapnya.
Kembali ke pencegahan penularan Covid-19, aparat kesehatan yang dapat dengan rinci menelusuri perjalanan penularan penyakit sampai ke lokasi penderita infeksi berinteraksi menimbulkan tanda tanya, apakah aparat keamanan kurang mampu dibanding aparat kesehatan?
Penanganan Covid-19 juga menjadi peluang bagi Presiden membenahi para pembantunya dan menempatkan mereka yang profesional dan berintegritas. Tujuannya agar lima tahun periode kedua tidak terbuang sia-sia.
Tulisan HADISUDJONO SASTROSATOMO
sebagaimana termuat di KOMPAS 12 Maret 2020
Comentarios